RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
matematika berbasis kompetensi menekankan pada kompetensi yang seyogyanya
dimiliki oleh tamatan, sehingga kurikulum dikembangkan berdasarkan penjabaran
dari standar kompetensi menjadi kompetensi dasar. Standar kompetensi merupakan
kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan dalam pengajaran matematika
yang di bakukan dalam standar Isi (SI); sedangkan kompetensi dasar merupakan
kompetensi minimal dalam mata pelajaran matematika yang harus dimiliki oleh
siswa, kompetensi dasar dapat berupa kompetensi afektif, kognitif maupun
psikomotor.
Permasalahan
pokok dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan tujuan pembelajaran, cara
mencapai tujuan tersebut serta bagaimana mengetahui bahwa tujuan tersebut telah
tercapai. Oleh karena itu, silabus dan RPP mata pelajaran matematika perlu
disusun sehingga memuat materi pokok yang mengacu pada karakteristik matematika
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Nafas dari kurikulum adalah pada
pengembangan pengalaman belajar tangan pertama, Contexstual Teaching and
Learning ( CTL), meaningful teaching, dengan memperhatikan kecakapan hidup
(life skill) baik berupa generic skiil(kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan akademik, dan kecakapan keterampilan) maupun spesifik skiil.
Mengajarkan
matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa para siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski, 1994 dalam Depdiknas 2003).
Agar pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada
umumnya, Ebbutt dan Straker (1995:10-63) dalam Depdiknas (2003) mendefinisikan
matematika sekolah sebagai berikut:
1. Matematika
sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasi
dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) memberikan kesempatan
siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk
menentukah hubungan, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk menemukan adanya
urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokkan, dsb, (4) mendorong siswa
menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan
antara pengertian satu dengan yang lainnya.
2. Matematika
sebagai kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
Implikasi
dari Pandangn ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mendorong inisiatif dan
memberikan kesempatan berfikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin tahu,
keinginan bertanya, kompetensi menyangga dan kompetensi memperkirahkan, (3)
menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaaat dari pada
menganggapnya sebagai kesalahan, (4) mendorong siswa menemukan struktur dan
desain matematika, (5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya,
(6) mendorong siswa berfikir refleksif, dan (7) tidak menyarankan hanya
menggunakan satu metode saja.
3. Matematika
sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving)
Implikasi
dari pandang ini terhadap pembelajaran adalah: (1) menyediakan lingkungan
belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu
siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu
siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan
matematika, (4) mendorong siswa untuk berfikir logis konsisten, sistimatis dan
mengembangkan sistem dokumentasi catatan,(5) mengembangkan kompetnsi dan
keterampilan untuk memecahkan persoalan (6) membantu siswa mengetahui bagaimana
dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti:
jangka, kalkulator dsb.
4. Matematika
sebagai alat berkomunikasi
Implikasi
dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mendorong siswa mengenal
sifat matematika, (2) mendorong siswa membuat contoh sifat matematika ,(3)
mendorong siswa menjelaskan sifat matematika, (4) mendorong siswa memberikan
alasan perlunya kegiatan matematika, (5) mendorong siswa membicarakan persoalan
matematika, (6) mendorong siswa membaca dan manulis matematika, (7) menghargai
bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika. Dalam pembelajaran kontekstual
(CTL) salah satu teori belajar yang mendukung adalah teori belajar
konstruktivisme dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.
Hakekat dari teori ini adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka
ingin menjadikan informasi itu milik sendiri. Walaupun teori belajar
konstruktivisme telah sangat sesuai dalam pembelajaran matematika, tetapi
merancang pembelajaran yang sesuai dengan teori tersebut merupakan masalah tersendiri
bagi guru matematika. Tulisan ini mencoba mengetengahkan tinjauan teoritis
tentang teori belajar kontruktivisme dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Matematika dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI) sesuai dengan
teori konstruktivis.
B.
Teori
Belajar -Mengajar Matematika yang Relevan
1. Teori
Konstruktivisme
Teori konstruktivisme bermula dari gagasan Piaget dan Vigotsky, Piaget dan
Vigotsky berpendapat bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Keduanya
menekankan adanya hakekat sosial dari belajar. Pembelajaran kooperatif,
berbasis kegiatan dan penemuan merupakan pilihan yang sesuai untuk
pembelajaran.
Hakekat dari teori konstuktivis adalah bahwa siswa harus secara individu
menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain
apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru adalah membantu
membuat kondisi yang memungkinkan siswa untuk secara mandiri menemukan fakta,
konsep atau prinsip. Sejalan dengan Wina Sanjaya (2008:264) bahwa
konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Guru bukanlah pemberi informasi,
dan jawaban atas semua masalah yang terjadi di kelas.
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran lebih menekankan pada
pembelajaran top-down dari pada bottom-up. Top –down mempunyai arti bahwa siswa
mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya
memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru seminimal mungkin)
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Pendekatan top down berlawanan
dengan strategi bottom-up dimana keterampilan-keterampilan dasar secara
bertahap dilatihkan untuk mewujudkan keterampilan-keterampilan yang lebih
kompleks. Sejalan dengan teori ini Blanchard (2001) dalam Depdiknas (2005)
memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru
menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna
untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan sebagai anggota keluarga,
masyarakat dan lingkungan kerja.
Sebuah komponen penting dalam pendekatan konstruktivis adalah proses untuk
menemukan ’ secara mandiri”. Siswa didorong untuk belajar sebagian besar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan sendiri. Menurut Syaiful
Sagalah (2007), esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan
apabila dihendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
2. Beberapa Hal
Penting Untuk Penerapan Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran.
Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori konstruktivis dalam
pembelajaran sebagaimana yang dikemukankan Muh, Nur (2002:3) adalah sebagai
berikut:
a. Cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi
siswa adalah cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri informasi tersebut.
b. Menganjurkan
peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri.
c. Mengajak
siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar.
d. Peran guru
adalah memabantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka
sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
e. Mengajar
siswa dikelas seharusnya merupakan salah satu bentuk penerapan pemagangan
kognitif. Artinya aktivitas sehari-hari di kelas seharusnya ditandai dengan
melibatkan siswa dengan tugas-tugas kompleks yang benar-benar ada dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Mengajarkan
suatu bahan ajar tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan ajar
tersebut, namun lebih ditujukan untuk melatihkan keterampilan berfikir untuk
diri mereka sendiri. mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk.
g. Pembelajaran
melalui penemuan merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstrutivis.
Siswa didorong untuk terlibat aktif, memiliki pengalaman, melakukan pengamatan
atau percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsep-konsep dan
prisip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
h. Dalam
pembelajaran melalui penemuan, guru harus mendorong dan memberi kesempatan
siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya atau memecahkan sendiri
di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban dari masalah yang
dihadapi.
3.
Permen
Diknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses merupakan acuan dalam
menyusun rencana pelaksanaan pemelajaran. RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
Teknologi dan media yang kita
digunakan dalam pembelajaran akan menjadi efektif apabila ada “klik” atau pas
antara karakteristik pembelajarnya (audiens) dengan metode, media, dan bahan
yang digunakan. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu adanya perencanaan
yang efektif. Perencanaan yang efektif harus dimulai dengan perencanaan
sistematik. Salah satu model yang ditawarkan
sebagai langkah-langkah dalam proses perencanaannya adalah model ASSURE. Dengan
model ini diharapkan kita dapat memilih jenis media yang tepat dalam proses
pembelajaran (walaupun tidak menutup kemungkinan untuk digunakan pada konteks
yang lain, contoh : seminar, penyuluhan, dll).
Analyze
Learners
Menganalisa
pembelajar adalah salah satu faktor yang wajib hukumnya untuk dilakukan sebelum
kita melaksanakan sebuah pembelajaran. Ada 3 hal yang semestinya
diperhatikan dalam menganalisa pembelajar :
1.
Karakteristik Umum
Yang termasuk dalam karakteristik
umum adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan faktor sosial
ekonomi. Karakteristik umum ini dapat digunakan untuk menuntun kita dalam
memilih metode dan media untuk pembelajaran.
Sebagai contoh, apabila pembelajar…
a. Memiliki kemampuan membaca di bawah standar, maka akan
lebih efektif jika media yang digunakan adalah bukan dalam format tercetak (nonprint
media).
b. Kurang tertarik terhadap materi yang disajikan,
diatasi dengan menggunakan media yang memiliki tingkat stimuli yang tinggi,
seperti : penggunaan video tape, permainan simulasi, dll.
c. Baru pertama kali melihat atau mendapat konsep yang
disampaikan, lebih baik menggunakan cara atau pengalaman langsung (realthing).
Bila sebaliknya, menggunakan verbal atau visual saja sudah dianggap cukup.
d. Heterogen, lebih aman bila menggunakan media yang
dapat mengakomodir semua karakteristik pembelajar seperti menggunakan video
tape.
2.
Spesifikasi Kemampuan Awal
Berhubungan dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki pembelajar sebelumnya. Informasi ini dapat kita temukan
bila kita memberikan entry test/entry behavior kepada pembelajar sebelum
kita melaksanakan pembelajaran. Hasil dari entry test ini dapat
dijadikan acuan tentang hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu lagi
disampaikan kepada pembelajar.
3.
Gaya Belajar
Gaya belajar berasal atau timbul
dari adanya kenyamanan yang kita rasakan (secara psikologis dan
emosional) saat kita menerima dan berinteraksi dengan lingkungan belajar,
karena itu muncul modalitas dalam belajar (audio, visual, dan kinestetik).
State Objectives
Perumusan
tujuan ini berkaitan dengan apa yang ingin dicapai. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1.
Tetapkan ABCD
A (audiens – instruksi
yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan pembelajar bukan
pada apa yang harus dilakukan pengajar), B (behavior – kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui
proses pembelajaran dan harus dapat diukur), C (conditions – kondisi
pada saat performans sedang diukur), D (degree – kriteria yang menjadi
dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar).
2.
Mengklasifikasikan
Tujuan
Maksud dari
mengklasifikasikan tujuan disini adalah untuk menentukan pembelajaran yang akan
kita laksanakan lebih cenderung ke domain mana ? kognitif, afektif, psikomotor,
atau interpersonal.
3.
Perbedaan
Individu
Berkaitan
dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang
diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki
kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan
dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap
individu)
Select Methods, Media,
and Material
Yang perlu digarisbawahi dalam point
ini adalah bahwa tidak ada satu metode yang lebih dari metode yang lain dan
tidak ada satu metode yang dapat menyenangkan/menjawab kebutuhan
pembelajar secara seimbang dan menyeluruh.
Penggunaan media tidak harus diidentikkan
dengan barang yang mahal. Yang jelas sebelum memilih media kita harus
mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai
media yang kita gunakan menjadi bumerang atau mempersulit kita dalam
pentransferan pengetahuan kepada pembelajar.
Materi/bahan yang kita gunakan dalam
proses pembelajaran, bisa yang sudah siap pakai, hasil modifikasi kita, atau
hasil desain baru. Bagaimanapun caranya kita
mengumpulkan materi, pada intinya adalah materi tersebut harus sesuai dengan
tujuan dan karakteristik si pembelajar.
Utilize Media and
Materials
Sebelum kita memanfaatkan media dan
bahan yang ada, alangkah bijaksananya jika kita melaksanakan “ritual” seperti :
1.
mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
2.
mempersiapkan bahan
3.
mempersiapkan lingkungan belajar
4.
mempersiapkan pembelajar
5.
menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar
atau pembelajar)
Require Learner
Participation
Dalam mengaktifkan pembelajar di
dalam proses pembelajaran alangkah baiknya kalau ada sentuhan psikologisnya.
Berikut adalah gambaran dari adanya sentuhan psikologis dalam proses
pembelajaran :
1.
behavioris, karena tanggapan/respon yang sesuai dari
pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar.
2.
kognitifis,
karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya.
3. konstruktivis,
karena pengetahuan yang diterima pembelajar akan lebih berarti dan bertahan
lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses
pembelajaran.
4. sosial, karena feedback
atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran
dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah
diterima dan juga sebagai support secara emosional.
Evaluate and Review
Evaluasi dan mereview
adalah hal yang lazim dilakukan untuk melihat seberapa jauh media dan teknologi
yang kita pilih/gunakan telah menghasilkan tujuan yang telah kita tetapkan
sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan timbul pertanyaan : apakah media dan
teknologi yang kita pilih tetap bisa digunakan, dimodifikasi, ataupun tidak
digunakan sama sekali.
BAB III
RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
a.
Komponen RPP adalah :
1. Identitas
mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi:
satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar
kompetensi
Standar kompetensi merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas
dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi
dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator
pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku
yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap,
dan keterampilan.
5. Tujuan
pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan
proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi
waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai
dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode
pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh
guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik
digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9. Kegiatan
pembelajaran
a.
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal
dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) menyiapkan peserta
didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari.
3) menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
4) menyampaikan
cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
1.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a)
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber
b) menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c)
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik
serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e)
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
2.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a)
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar;
f) mfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
h) memfasilitasi
peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
i)
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a)
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik,
b) memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
c)
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d) memfasilitasi
peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
e) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
f)
membantu menyelesaikan masalah;
g) memberi
acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
h) memberi
informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
i) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif.
c.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Dalam kegiatan penutup, guru:
1. bersama-sama
dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
2. melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram;
3. memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4. merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
5. menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
d. Penilaian
hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian
proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan
mengacu kepada Standar Penilaian.
e. Sumber belajar
f. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kom petensi.
g. Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
C.
Penerapan
model pembelajaran berdasarkan masalah dalam Matematika
Ini salah satu contoh terapan model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai
teori konstruktivis dalam materi Sistem Persamaan Linear Dua veubah. Biasanya
dalam pembelajaran materi SPLDV, guru mengunakan model pembelajaran langsung
(Direc Instruction). Diawal pembelajaran, guru memberikan pengertian atau
definisi SPLDV, memberi contoh dan non-contoh , menjelaskan pengertian
”penyelesaian dari SPLDV”, kemudian menjelaskan cara menyelesaikan SPLDV, dalam
menjelaskan cara menyelesaikan SPLDV, guru menginformasikan pada siswa bahwa
ada empat cara untuk menyelesaikan SPLDV, yaitu cara grafik, metode eliminasi,
metode substitusi dan metode gabungan eliminasi dan substitusi. Cara itu
diterima saja oleh siswa tanpa pertanyaan’ kenapa caranya begitu?””kenapa
namanya elminasi?” ” kenapa namanya substitusi?” guru tidak memberi kesempatan
pada siswa untuk menemukan cara itu secara mendiri. Untuk cara eliminasi dan
substitusi dapat diterapkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah
sesuai dengan teori konstruktivis, adapun langkah –langkah model pembelajaran
berdasarkan masalah (PBI) sebagai berikut:
Tabel Sintak Model PBI FASE dan PERILAKU GURU:
1. Orientasi
siswa pada masalah
Menjelaskan Tujuan
Pembelajaran,logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih
2. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
megorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan tugas belajar tersyaebut
3. Membimbing
Penyelidikan individu maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi Yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-prosesyang mereka
gunakan.
Berikut ini
disusun RPP sesuai dengan Permendiknas nomor 41 (2007) tentang standar
proses.dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masa
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
1.
Identitas mata pelajaran
Satuan Pendidikan :
MTs Negeri Palangki
Kelas / semester :
VIII/ Satu
Mata Pelajaran :
Matematika
Jumlah Pertemuan :
1
2.
Standar Kompetensi :
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah
3.
Kompetensi Dasar : 2.1 Menyelesaikan sistem
persamaan linear dua variabel
4.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
a. Menemukan
cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode
eliminasi.
b. Menemukan
cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Veubah dengan metode substitusi
c.
Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear
Dua Veubah dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi.
5. Tujuan
Pembelajaran
a.
Setelah diskusi siswa dapat menemukan cara
menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode eliminasi.
b.
Setelah tanya jawab siswa dapat menemukan cara
menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.dengan metode substitusi
c.
Setelah diskusi siswa dapat menemukan cara
menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode gabuangan
metode eliminasi dan substitusi.
6. Materi Ajar
a.
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.dengan menggunakan langkah :
1) menyatakan
persoalan dalam model matematika.
2) menyelsaikan
persamaan yang diperoleh pada langkah a dengan salah satu metode.
7. Alokasi
Waktu : 2 x 40 Menit
8. Kegiatan
Pembelajaran.
a.
Model Pembelajaran : Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(PBI)
b.
Metode Pembelajaran :
1) Diskusi
2) Tanya jawab
9.
Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan
( 10 menit)
1. Guru
mengkondisikan siswa ( orientasi siswa untuk belajar), lalu menuliskan topik
pembelajaran yang hendak di pelajari
2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak di
capai.
3.
Sebagai motivasi guru menjelaskan manfaat belajar
Sistem persamaan linear dua veubah
4.
Sebagai apersepsi (memfokuskan perhatian siswa) dengan
cara tanya jawab berkaitan dengan masalah persamaan linear satu veubah, seperti
pada soal ini: aku adalah sebuah bilangan, jika aku dikalikan dua kemudian
dikurangi tujuh, maka akan menjadi sebelas. Bilangan berapakah aku? Bagaimana
cara menjawabnya?
B. Kegiatan
Inti (50 menit)
* Tahap eksplorasi ( 15 menit)
1. Orientasi
Siswa pada Masalah
·
Siswa di beri masalah kontekstual seperti Dua kaleng
berisi kelereng. Banyak seluruh kelereng adalah 75 sedangkan selisih banyak
kelereng adalah 21 berapa banyak kelereng di setiap kaleng.
·
Meminta beberapa siswa untuk menceritakan kemabali
masalahnya
· Siswa bebas berekspresi dengan caranya masing-masing
menyelesaikan masalah tersebut.
* Tahap
Elaborasi ( 25 menit)
2. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
·
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang anggotanya 3-4
orang
·
Siswa diberi lembar kegiatan untuk dibahas dalam
kelompoknya yang berisikan dua masalah autentic yang mungkin mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari.
· Guru memfasilitasi siswa menyampaikan strategi
(logistik) yang digunakan dalam memecahkan masalah.dan menginformasikan cara
yang mereka temukan dikaitkan dengan arti dari nama istilah tersebut.
3. Membimbing
penyelidikan kelompok..
·
Siswa di beri dorongan dalam melakukan penyelidikan
kelomponya
· Guru senantiasa mengajukan pertanyaan yang membuat
siswa berfikir tentang kelayakan pemecahan masalahnya atau untuk menggali apa
yang difikirkan siswa
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
· Siswa merencanakan dan menyiapkan hasil kerja
kelompoknya untuk di prsentasikan didepan kelas.
·
Guru meminta kelompok menyajikan hasilnya..
* Tahap
konfirmasi (10 menit)
5. Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
· Bagi kelompok yang menjawab benar diberi penghargaan
berupa pujian.sebagai penguatan dalam proses pembelajaran
· Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi
proses berfikir mereka sendiri, misalya dengan cara seperti berikut:
·
Guru meminta siswa menulis reflesi berkaitan dengan
hal berikut:
a. Kapan
pertama kali kamu mendapatkan pemahaman yang jelas tentang situasi asalah yang
diberikan ?
b. Kapan kamu
berasa yakin dengan pemecahan masalah mu?
c. Mengapa kamu
dapat menerima penjelasan dari temanmu
d. Mengapa kamu
menolak beberapa penjelasan?
e. Apakah kamu
akan melakukan cara yang lain dalam menyelesaikan masalah ini?
·
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif
C. Penutup (5
menit)
1. Guru bersama
siswa membuat kesimpulan/ rangkuman dari materi yang sudah dipelajari.
2. Guru
melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
dengan cara menanyakan kesan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang
baru selesai.
3.
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
D. Penilaian
hasil belajar (15 menit)
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Penilaian : Uraian
Instrumen
Soal :
1.
Ibu Rini akan membelikan anaknya celana pendek dan
kaos. Ia pergi ke toko pakaian. Pemilik toko menjelaskan kepada ibu Rini bahwa
harga 5 celana pendek dan 3 kaos adalah Rp. 120.000,00, sedangkan harga 3
celana pendek dan 5 kaos adalah Rp. 136.000,00.Berpakah harga sebuah celana
pendek dan sebuah kaos ?
2.
Sebuah toko menyimpan persediaan beras dan jagungnya
di dalam gudang. Beras dan jagung itu dimasukkan dalam karung. Setiap karung
beras beratnya sama dan setiap karung jagung juga beratnya sama . berat dua
karung beras bersama satu karung jagung adalah 172 kg. Berat tiga karung beras
bersama satu karung jagung adalah 232 kg. Berapakah berat satu karung beras dan
satu karung jagung ?
10. Sumber
Belajar:
Buku Matematika kela VIII
LKS
Kunci
Jawaban dan penskoran
No
Alternatif Solusi jawaban Skor
Soal No. 1
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
3 C + 5 K = Rp 136.000,00
Pers 1 kalikan dengan 5 dan pers 2 kali kan dengan 3.
25 C + 15 K = Rp 600.000,00
9 C + 15 K = Rp 408.000,00
____________________________ -
16 C = Rp 192.000,00
C = Rp 12.000,00
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
5. Rp.12.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00
– Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00 – Rp 60.000,00 = Rp 60.000,00
3 K = Rp 60.000,00 K = Rp 20.000,00 harga satu celana Rp 12.000,00 20.000,00
jadi harga
satu celana dan satu kaos Rp 32.000,00
Soal No.2
3 KB + 1 KJ
= 232.Kg
2 KB + 1 KJ
= 172.Kg
___________________
-
1 KB = 60 Kg 3 x 60 Kg + 1 KJ = 232 Kg 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg180 Kg – 180 Kg +
1 KJ = 232 Kg- 180 Kg1 KJ = 52.Kg.
Berat satu
karung beras adalah 60 Kg Berat
satu Karung
jagung adalah 52 Kg
Jadi berat
satu karung beras dan satu karung jagung adalah 112Kg.
Jumlah:
NA = skor
yang diperoleh : skor maksimum x 100
Mengetahui Palangki,
10 Mei 2014
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
( ............................) (
...................................)
NIP NIP
LEMBAR
KEGIATAN SISWA
Nama : ……………………………………………………….
Kelas : ……………………………………………………….
Kompetensi Dasar : 2.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua
variabel
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menemukan
cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan
cara eliminasi.
2.
Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel dengan cara substitusi
Permasalahan:
1. Menjelang
tahun ajaran baru, Ali akan membeli dua pasang sepatu yaitu sepatu olahraga dan
sepatu kulit. Harga dua pasang sepatu olahraga dan tiga pasang sepatu kulit
adalah Rp. 192.000,00.
a.
Berapa harga empat pasang sepatu olahraga dan enam
pasang sepatu kulit?
b.
Mungkinkah sepasang sepatu kulit harganya Rp
65.000,00?
Mengapa?
c.
Mungkinkah sepasang sepatu olahraga harganya
Rp97.000,00?
Mengapa?
d.
Berapakah harga yang mungkin untuk sepasang sepatu
olahraga dan harga sepasang sepatu kulit jika masing-masing harganya lebih dari
Rp 20.000,00
Jawaban:.........................................
2. Hari minggu
yang akan datang adalah hari ulang tahun Agus. Anis akan memberikan hadiah
ulang tahun untuk Agus. Untuk itu Anis pergi ke toko mainan. Anis ingin membeli
mobil-mobilanatau pistil-pistolan . Harga dua buah mobil-mobilan dan dua buah
pistol-pistolan adalah Rp 44.000,00. sedangkan harga sebuah mobil-mobilan dan
tiga buah pistol-pistolan adalah Rp 30.000,00. Berapa harga satu buah
mobil-mobilan dan harga satu buah pistol-pistolan ?
Jawaban:..............................
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Pendekatan Pembelajaran Matematika.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama. Jakarta.
------------------------------------------, 2003. Pedoman Khusus
Pengembangan Sistem penilaian Barbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama. Jakarta..
Junaidi Samsul, 2004. Membangun Kompetensi Matematika SMP untuk Kelas VII.
Surabaya.
Nur Muhammad, 2002. Butir-butir Penting Pandangan Belajar Menurut Teori
Konstruktivis. Surabaya.
Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 41, 2007. Tentang Standar Proses.
Jakarta.
Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 22,
2007. Tentang Standar Isi. Jakarta.